Jumat, 18 Desember 2015

RINDU

Ibu, betapa terlihatnya letihmu. Betapa capenya dirimu. Raut mukamu yang telalu tua kini terlihat jelas. Bu kian hari lelahmu menjadi-jadi. Aku tak tahu harus bagaimana menghilangkan rasa letihmu. Aku tahu ini adalah jalan cerita yang kita lalui. Sebelum kita terlahir didunia ini, cerita kita lahir terlebih dahulu.
 Ibu aku tahu kau seperti berjalan dengan satu kaki. Kaki yang semestinya saling melengkapi untuk berjalan berbarengan. Ayah ada namun ia tak bisa untuk diajak diskusi. Ia tak tahu harus mengambil jalan yang seperti apa. Ayah lupa bahwa ia pernah berjuang bersama denganmu, ia lupa bahwa aku merindukan belaian darinya.
Ibu maafkan aku. Aku tak bisa menggantikan peraan ayah sepenuhnya. Maafkan aku bu. aku hanya bisa mendengar keluh kesahmu, menghapus tangismu dengan sebuah senyuman. Bagamaina pun keadaan ayah sekarang ia akan menjadi ayah yang selalu aku rindukan kecerewetannya. Aku rindu ayah yang selalu membanyol.
Ayah kembalilah seperti dulu. Ayah aku tahu ini bukan lagi saatnya aku merengkek untuk meminta beli permen. Bukan lagi saatnya aku meminta jemputan ketika pulang sekolah. aku tahu ini adalah saatnya aku menjagamu, membawamu rekreasi. Menceritakan segala aktivitasku yang baru dengan teman-teman yang baru pula. Aku tak butuh apa-apa darimu yah. Aku hanya butuh arahan ketika diri ini lelah untuk melangkah. Ketika diri ini tak lagi mampu menemukan cara yang terbaik untuk hidup.
Jujur semenjak ayah sakit aku tak pernah merasakan pelukan hangat darimu. Aku tumbuh dengan begitu saja. Biarkan diri ini liar mencari jati dirinya. Sehingga ia tahu teriknya panas dijalanan, dinginnya malam menusuk tulang. Ia menjadi saksi yang tak bisa menjelaskan apa yang telah aku lakukan. Yah cepatlah sembuh, cepatlah menjadi nahkoda lagi seperti dulu. Terlalu berat ibu menahkodai semuanya. Menjadi kakek yang disenengi oleh cucunya. Menjadi ayah lagi yang sepenuhnya memiliki kasih sayang.
Ayah aku inget sekali tentang perjalanan kita berdua. kita berdua menyantap sate dirumah makan, ia aku ingat kau bawa aku pergi dari rumah, lalu kau cerita segala keluh kesahmu, kau ceritakan apa yang menjadi kendala dalam hidupmu. Aku ingat yah aku ingat. Kau antarkan aku kemana kaki ini melangkah,. Kau tanyakan apa saja yang aku kerjakan selama aku disekolah namun kini tak ada lagi pertanyaan itu dari mulutmu.
Tak ada lagi keluh kesahmu selama ini. Kau diam, kau tak banyak bercerita. Kini aku yang bercerita namun itu semua tanpa respon yang membuat hati ini menjadi tenang. Hanya ada senyum manis yang terlontar dari bibirmu. Itu menandakan bahwa kau menerima segala keluh kesahku. Ayah ayah aku butuh sosokmu.
Aku butuh dirimu untuk menentukan pilihan imamku kelak. Aku ingin kau yang menguji calon imamku kelak. Bahwa ia pantas atau tidak dengan anakmu ini. Ujilah ia dengan menmbacakan ayat suci al-quran atau ujilah ia menjadi imam untukmu terlebih dahulu. Yah aku butuh teman laki-laki untuk berkeluh kesah memberikan solusi yang terbaik untuk aku kedepannya. Sehat sehat yah ayah hingga kau menemui masanya dimana kau menyerahkan aku kepada calon imamku. Aku ingin kau yang menyerahkan langsung kepada ia. jika kau tak sanggup serahkan saja kepada kakak. Aku ingin kakak yang memberikannya.
Aku ingin tugas kaka dan ayah terselesaikan dengan menyerahkan aku kepadanya. Jelaskan kepadanya kekurangan yang aku miliki. Agar ia tak kaget terhadap kekuranganku. Aku ingin kau menyasiksan dan bermain dengan anakku kelak. Cucumu biar merasakan hangatnya sentuhan kakeknya. Jangan seperti ibunya. Ia tak pernah merasakan sentuhan dari sosok kakek. Aku tak tahu jika disuruh menjelaskan apa itu kakek. Aku tak pernah merasakan sosoknya. Ia hanya ada tulisan dan gambaran dari ibu dan ayah. Dari aku kecil kakek sudah tidak ada.
Ketika aku berumur 3 tahun kakek satu satunya telah dipanggil Allah. Dan kakek dari ayah telah meninggal ketika ayah kecil. Ayah tak pernah merasakan sentuhan dari kakek. Oh ayah maafkan aku. Aku selalu menuntut kau untuk sepenuhnya memberikan kasih sayang. Namun kau tak pernah merasakan sentuhan ayah sedikit pun.
Kau berjuang sendiri untuk menyekolahkan dirimu hingga kau menjadi sekarang. Aku tahu yah perjuanganmu tak terhitung. Aku dapatkan semuanya yang menjadi saksi sejarah dalam hidupmu. Ayah diam ku dalam doa menceritakan segala keluh kesahku kepada Penciptamu. Aku ingin ayah dikembalikan seperti dulu. Ayah aku yakin ini adalah takdir terbaik yang sudah tertulis sebelum aku lahir. Tenang yah aku pasti bisa melewatinya. Allah tak akan membiarkan hambanya sendiri dalam kesedihan. Aku pasti kuat untuk melewatinya.
Sukurku tak pernah terlupa aku panjatkan kepada Allah bahwa aku terlahir dari rahim ibu yang super duper wonderwomen. Ia selalu menganjarkan ku arti kerja keras, banting tulang. Ia mengajarka aku arti kemandirian. Ia selalu sabar dalam mengajarkan aku untuk menjadi wanita yang sekuat baja.
Terimakasih ayah dan ibu kau selalu setia dalam mendoakanku. Bagaimana pun kau adalah semangat terbesarku dalam hidup ini. Ayah terimakasih atas jerih payahmu kau hantarkan aku hingga aku menikmati bangku kuliah. Doa yang terbaik kuberikan untukmu yah. Sehat selalu ayah. Anakmu selalu merindukan kasih dan sayangmu. Untuk ibu jangan pernah bosan untuk mengajariku sebuah kesederhanaan, agar aku menjadi wanita yang sederhana. Mengajarkan aku wanita yang tangguh, wanita yang mandiri. Apapun yang dihadapi oleh kita berdua kita bisa melewatinya ibu. Yakinlah bahwa kita adalah wanita pilihan yang telah Allah tetapkan. Percayalah.


foto mamah dan papah diambil ketika dikereta perjalanan  menuju ke Malang 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar