Ibu,
betapa terlihatnya letihmu. Betapa capenya dirimu. Raut mukamu yang telalu tua
kini terlihat jelas. Bu kian hari lelahmu menjadi-jadi. Aku tak tahu harus
bagaimana menghilangkan rasa letihmu. Aku tahu ini adalah jalan cerita yang
kita lalui. Sebelum kita terlahir didunia ini, cerita kita lahir terlebih
dahulu.
Ibu aku tahu kau seperti berjalan dengan satu
kaki. Kaki yang semestinya saling melengkapi untuk berjalan berbarengan. Ayah
ada namun ia tak bisa untuk diajak diskusi. Ia tak tahu harus mengambil jalan
yang seperti apa. Ayah lupa bahwa ia pernah berjuang bersama denganmu, ia lupa
bahwa aku merindukan belaian darinya.
Ibu
maafkan aku. Aku tak bisa menggantikan peraan ayah sepenuhnya. Maafkan aku bu.
aku hanya bisa mendengar keluh kesahmu, menghapus tangismu dengan sebuah
senyuman. Bagamaina pun keadaan ayah sekarang ia akan menjadi ayah yang selalu
aku rindukan kecerewetannya. Aku rindu ayah yang selalu membanyol.
Ayah
kembalilah seperti dulu. Ayah aku tahu ini bukan lagi saatnya aku merengkek
untuk meminta beli permen. Bukan lagi saatnya aku meminta jemputan ketika
pulang sekolah. aku tahu ini adalah saatnya aku menjagamu, membawamu rekreasi.
Menceritakan segala aktivitasku yang baru dengan teman-teman yang baru pula.
Aku tak butuh apa-apa darimu yah. Aku hanya butuh arahan ketika diri ini lelah
untuk melangkah. Ketika diri ini tak lagi mampu menemukan cara yang terbaik untuk
hidup.
Jujur
semenjak ayah sakit aku tak pernah merasakan pelukan hangat darimu. Aku tumbuh
dengan begitu saja. Biarkan diri ini liar mencari jati dirinya. Sehingga ia
tahu teriknya panas dijalanan, dinginnya malam menusuk tulang. Ia menjadi saksi
yang tak bisa menjelaskan apa yang telah aku lakukan. Yah cepatlah sembuh,
cepatlah menjadi nahkoda lagi seperti dulu. Terlalu berat ibu menahkodai
semuanya. Menjadi kakek yang disenengi oleh cucunya. Menjadi ayah lagi yang
sepenuhnya memiliki kasih sayang.
Ayah
aku inget sekali tentang perjalanan kita berdua. kita berdua menyantap sate
dirumah makan, ia aku ingat kau bawa aku pergi dari rumah, lalu kau cerita
segala keluh kesahmu, kau ceritakan apa yang menjadi kendala dalam hidupmu. Aku
ingat yah aku ingat. Kau antarkan aku kemana kaki ini melangkah,. Kau tanyakan
apa saja yang aku kerjakan selama aku disekolah namun kini tak ada lagi
pertanyaan itu dari mulutmu.
Tak
ada lagi keluh kesahmu selama ini. Kau diam, kau tak banyak bercerita. Kini aku
yang bercerita namun itu semua tanpa respon yang membuat hati ini menjadi
tenang. Hanya ada senyum manis yang terlontar dari bibirmu. Itu menandakan bahwa
kau menerima segala keluh kesahku. Ayah ayah aku butuh sosokmu.
Aku
butuh dirimu untuk menentukan pilihan imamku kelak. Aku ingin kau yang menguji
calon imamku kelak. Bahwa ia pantas atau tidak dengan anakmu ini. Ujilah ia
dengan menmbacakan ayat suci al-quran atau ujilah ia menjadi imam untukmu
terlebih dahulu. Yah aku butuh teman laki-laki untuk berkeluh kesah memberikan
solusi yang terbaik untuk aku kedepannya. Sehat sehat yah ayah hingga kau
menemui masanya dimana kau menyerahkan aku kepada calon imamku. Aku ingin kau
yang menyerahkan langsung kepada ia. jika kau tak sanggup serahkan saja kepada
kakak. Aku ingin kakak yang memberikannya.
Aku
ingin tugas kaka dan ayah terselesaikan dengan menyerahkan aku kepadanya.
Jelaskan kepadanya kekurangan yang aku miliki. Agar ia tak kaget terhadap
kekuranganku. Aku ingin kau menyasiksan dan bermain dengan anakku kelak. Cucumu
biar merasakan hangatnya sentuhan kakeknya. Jangan seperti ibunya. Ia tak
pernah merasakan sentuhan dari sosok kakek. Aku tak tahu jika disuruh
menjelaskan apa itu kakek. Aku tak pernah merasakan sosoknya. Ia hanya ada
tulisan dan gambaran dari ibu dan ayah. Dari aku kecil kakek sudah tidak ada.
Ketika
aku berumur 3 tahun kakek satu satunya telah dipanggil Allah. Dan kakek dari
ayah telah meninggal ketika ayah kecil. Ayah tak pernah merasakan sentuhan dari
kakek. Oh ayah maafkan aku. Aku selalu menuntut kau untuk sepenuhnya memberikan
kasih sayang. Namun kau tak pernah merasakan sentuhan ayah sedikit pun.
Kau
berjuang sendiri untuk menyekolahkan dirimu hingga kau menjadi sekarang. Aku
tahu yah perjuanganmu tak terhitung. Aku dapatkan semuanya yang menjadi saksi
sejarah dalam hidupmu. Ayah diam ku dalam doa menceritakan segala keluh kesahku
kepada Penciptamu. Aku ingin ayah dikembalikan seperti dulu. Ayah aku yakin ini
adalah takdir terbaik yang sudah tertulis sebelum aku lahir. Tenang yah aku
pasti bisa melewatinya. Allah tak akan membiarkan hambanya sendiri dalam
kesedihan. Aku pasti kuat untuk melewatinya.
Sukurku
tak pernah terlupa aku panjatkan kepada Allah bahwa aku terlahir dari rahim ibu
yang super duper wonderwomen. Ia selalu menganjarkan ku arti kerja keras,
banting tulang. Ia mengajarka aku arti kemandirian. Ia selalu sabar dalam
mengajarkan aku untuk menjadi wanita yang sekuat baja.
Terimakasih
ayah dan ibu kau selalu setia dalam mendoakanku. Bagaimana pun kau adalah
semangat terbesarku dalam hidup ini. Ayah terimakasih atas jerih payahmu kau
hantarkan aku hingga aku menikmati bangku kuliah. Doa yang terbaik kuberikan
untukmu yah. Sehat selalu ayah. Anakmu selalu merindukan kasih dan sayangmu.
Untuk ibu jangan pernah bosan untuk mengajariku sebuah kesederhanaan, agar aku
menjadi wanita yang sederhana. Mengajarkan aku wanita yang tangguh, wanita yang
mandiri. Apapun yang dihadapi oleh kita berdua kita bisa melewatinya ibu.
Yakinlah bahwa kita adalah wanita pilihan yang telah Allah tetapkan. Percayalah.
foto mamah dan papah diambil ketika dikereta perjalanan menuju ke Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar