Setelah aku mendapatkan surat
panggilan dari IPB beberapa minggu setelah aku dinyatakan lulus seleksi. Aku baru
sadar bahwa per-semesternya dikenakan biaya Rp. 5.000.000. Lagi- lagi aku menanyakan
kemampuan orangtua dalam membiayai aku kedepannya. Orangtua menyanggupinya dengan bayaran yang cukup mahal
tersebut. Tapi aku tidak terlalu yakin atas jawaban orangtuaku ini. Aku tahu
persis keadaan kondisi keuangan keluargaku. uang semster yang dikenakan belum
termasuk biaya pangkal. Saya hampir
putus asa dengan keadaan tersebut.
Orangtua selalu meyakinkanku
bahwa mereka masih mampu untuk membiayaiku sampa selesai. aku tak henti-henti
meminta kepada Allah yang terbaik buat
aku dan keluarga ke depannya, bukan menyusahkan keluarga aku tapi menyenangkan
bagi keluarga aku. Selama itu aku diserang galau akut. Semoga Allah memberi
jalan keluarnya.
Setelah beberapa bulan dari
pengumuman USMI. Pengumuman SNMPTN pun tiba, aku merasa harap-harap cemas
karena jika aku tidak keterima aku harus mengambil akuntansi di IPB dan itu mau
tidak mau harus membayar biaya cukup mahal. Setelah waktu yang dinanti tiba aku
melihat pengumuman tersebut dilaptop kakakku dan alhasil kabar baik yang aku
lihat. Saat aku melihat pengumuman SNMPTN.
Alhamdulilah aku keterima di
Universitas Negeri Jakarta. Pada saat itu aku sedang berada dirumah jadi aku
langsung memanggil ibuku yang sedang berada di dapur. Dengan cepat ibu
menghampiri. Aku dengan cepat memberi tahu bahwa keterima di Universitas Negeri
Jakarta. Dengan cepat langsung saya sujud syukur dengan rasa haru ucap terima
kasih kepada Allah yang telah mempercayai saya untuk melanjutkan pendidikan ini
ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Setelah aku periksa kembali, aku
keterima dipilihan ke 2 di Jurusan Pend. IPS dan itu bukan pilihan pertama aku.
Pilihan pertama aku adalah Bimbingan konseling. Aku bingung, karena bukan
pilihan yang pertama. Aku tanyakan lagi
kepada ibu apakah diambil atau tidak? Apakah aku harus mengambil yang IPB atau
yang di UNJ? Ibu menyarahkan semuanya kepada aku. Aku yang akan menjalani
kedepannya. Aku dilanda galau akut kembali. Karna yang di UNJ bukan
pilihan yang pertama.
Setelah mencari jawaban yang
cukup meyakinkan aku kedepannya akhirnya
aku pilih yang di UNJ. Setelah pengumuman aku harus menyiapkan berkas-berkas
yang akan aku berikan kepada pihak universitas. Beberapa bulan setelah
pengumuman aku dilanda galau akut.
Bukan karena pilihan yang aku
ambil melainkan aku galau akan biaya kuliah kedepannya. Bingung untuk biaya
semesternya yang cukup mahal, bingung akan biaya hidup aku selama berkuliah.
Ibu selalu tahu apa yang sedang anaknya pikirkan. Ibu selalu menyakinkan ku
bahwa aku bisa menghadapinya kedepannya. Tenang Allah selalu ada untuk aku. Itu
lah kata-kata yang sering sekali ibu katakan kepada aku.
Dengan keyakinan yang ibu berikan
kepada aku. Aku semakin yakin atas pilihan yang telah Tuhan berikan ini.
Setelah beberapa bulan menunggu hari registrasi. Akhirnya tiba juga. Pada saat
malamnya ayah memanggil aku diruang tv. Ayah memberikan amplop yang berwarna
coklat. Kemudian aku menyakannya. “Untuk apa ini yah?” Ayah menjawab “ini buat
besok daftar ulang, cukup gak cukup ayah punya uang segitu”. Aku mengiyakan.
Lalu aku membuka amplop. Ternyata
ayah sudah menyiapkan biaya untuk kuliah. aku dan ibu menghitungnya. Ternyata
ayah memberi aku uang sebesar Rp. 8.000.000. Aku bersyukur kepada Allah yang telah
memberikan rizki disaat aku membutuhkan. Pertama aku sungguh was-was sekali
karena takut kurang atas apa yang diberikan oleh ayah aku. Namun aku serahkan
kepada Allah yang telah mengatur
semuanya.
Paginya aku dan ibu berangkat ke Jakarta untuk registrasi. Setelah
seharian penuh mengurusi admisnistrasi aku langsung masuk ke antrian bank untuk
membayar daftar ulang. Sebelum masuk ke antrian aku melihat-lihat daftar uang
kuliah tunggal (UKT).
UKT adalah uang kuliah tunggal
yang diberlakukan saat satu tahun yang lalu dan akan berlaku hingga berikutnya.
Sistem UKT adalah dengan menggunakan penggolongan uang gaji orang tua. Jika
semakin besar gaji orangtua maka semakin besar juga uang kuliah. Mungkin sering
disebut dengan subsidi silang. Selama sistem UKT berlaku maka uang pangkal yang
biasanya dikenakan pada saat masuk kuliah sekarang sudah tidak diberlakukan
lagi. Aku cukup bersyukur sekali, saat aku akan kuliah ada sistem baru yang
diberlakukan.
Aku sudah menyiapkan uang sebesar
Rp. 4.000.000. Setelah saya liat sebelumnya. Gaji ayahku termasuk ke golongan 2
dan golongan dua itu kisaran sebesar Rp. 1.000.000- Rp. 3.000.000. Setelah aku
ke teler ternyata aku hanya membayar
sebesar uang Rp. 2.450.000. Ini semua jauh dari prediksi aku sebelumnya.
Alhamdulilah ucap syukurku kepada Allah yang telah memberikan jalan keluar satu
demi persatu. Ibu menanyakan sisa uang ini akan dikemanakan. Aku sampaikan
sisanya belikan saja laptop agar aku dengan mudah mengerjakan tugas kuliah
nanti. Ibu mengiyakan.
Karena selama aku sekolah aku tak pernah
dibelikan laptop ataupun apalah. Bukan karena tidak mampu. Tapi ayah selalu
mengajarkan arti sebuah kesederhanaan dan berbagi. Kami harus hidup sederhana.
Jika roda kehidupan ini berputar kebawah bahwa kami akan siap untuk
menghadapinya. Itulah pentingnya hidup sederhana.
Setalah urusan admistrasi selesai
aku dan ibu mulai menyiapkan peralatan-peralatan untuk tinggal di Jakarta.
Syukururku yang tak pernah terhenti hingga akhir ini. Sesuai dengan motto
hidupku saat ini “lebih banyak bersyukur”. Bersyukur disaat susah lebih baik
dibandingkan bersyukur disaat senang.
Allah selalu tahu kemampuan setiap hambaNya. Maka Allah pun tidak akan
menguji cobaan lebih dari batas kemampuan kita.
Setelah aku ambil hikmah selama ujian
yang telah Allah beri. Aku berusaha untuk muhasabahnya. Karena aku yakin
dibalik ujian pasti ada beribu hikmah yang aku dapatkan. Mungkin jika ayah tak
sakit aku akan bermalas-malasan untuk berkuliah. Dan aku tidak akan pernah
dewasa. Karena aku yakin kedewasaan seseorang adalah dibentuk oleh keadaan.
Dewasa adalah sebuah pilihan. Dengan adanya ujian ini aku akan terus berusaha
untuk mencapai cita-cita. Saya akan membanggakan ibu dan ayah saya. Biarkan
ujian itu hadir dan aku akan katakan bahwa “ Aku pasti bisa mengahadapinya dan
aku mampu untuk bersaing dengan yag lain”. Sekian.