Entah
tanggal berapa kejadian itu terjadi, tapi aku masih ingat tentang kejadian
itu, dimana ayahku terserang penyakit. Ayahku sakit ketika aku sedang butuh-butuh
perhatian seorang ayah, saat
aku akan mengikuti Ujian Nasional. Para
medis mendiagnosa bahwa ayahku terserang penyakit strok ringan,
tapi menurut kami itu bukanlah penyakit strok ringan, hanya penyakit biasa
karna kami melihat dari riwayat penyakit ayah tak mempunyai penyakit kolesterol
tinggi dan saat medical cek up hasilnya kesehatan ayahku normal.
Atas rujukan
saudaraku yang seorang medis akhirnya ayahku dibawa ke dokter syaraf bukannya
semakin pulih dari sakitnya. Yang ada semakin parah penyakitnya. Kami
sekeluarga tidak ada yang mengerti tentang kesehatan, kami tak mengerti apa
saja obat yang diberikan kepada ayah. Kami tahu hanya lah sebuah kesembuhan
bagi ayah dengan memberikan obat terus menerus. Kami mulai curiga dengan obat
yang sangat kecil didalam resep ayahku setelah kami bertanya ke orang yang
lebih paham terhadap kesehatan ternyata obat yang sangat kecil itu adalah obat
penenang atau obat tidur, lah ayahku kan tidak kesulitan dalam tidurnya? Kenapa
yang berikan obat tidur? Selama minum obat tersebut ayah tidur
saja sampai-sampai waktu sholat pun
beliau lupa dan yang sangat mengejutkannya lagi suara ayahku semakin
hari semakin hilang entah karna apa hilangnya.
Bulan
pun berganti bulan, kami tak berdiam diri saja. Kami mencari para terapis atau
lah dokter herbal demi kesembuhan ayahku. Setelah mencari kesana kemari akhirnya
kami menemukan yang cocok. Ayahku diagnosa oleh para terapis pita suaranya
terjepit dan saraf-saraf yang ada dileher semua kaku yang mengakibatkan suara
dan ingatan ayahku menghilang begitu saja, karna kesabaran kami dan ada restu
Tuhan akhirnya ayahku semakin hari semakin pulih tapi tidak pulih seperti dulu
yang selalu ceria, yang selalu cerewet disaat apapun yang selalu jahil kepada
anak-anaknya.sekarang ayahku menjadi pendiam dan kebiasaan yang dulu sering
dilakukannya sekarang sirna entah kemana.
Semenjak kejadian tersebut peran
ayahku diambil alih oleh seorang ibu yang sangat kuat dan tangguh. Ibuku yang
merawat ayahku dan ibuku yang mencari nafkah agar kami bisa makan, walaupun
anak-anaknya sudah berumahtangga tapi ayah dan ibuku pantang untuk
meminta-minta kepada anak-anaknya. Ibu tak pernah memerlihatkan muka sedihnya
kepada anak-anaknya yang ibu lihatkan hanyalah muka gembira, muka senang
seolah-olah tak terjadi apa-apa. Kadang aku pun sering sekali tak yakin atas
kuliah yang aku jalani tapi Ibu selalu menyakinkan aku agar tetap melangkah
terus mengejar cita-citaku setinggi-tingginya. Aku ingat ibu pernah berkata
“Nak, ibu tidak punya apa-apa lagi selain doa, ibu disini akan mendoakanmu
selalu agar kau kelak menjadi yang berguna dan sukses”.
Hingga
akhir ini pun kami berharap sekali kesembuhan ayahku tercinta agar bisa
beraktivitas seperti dulu dan bisa lagi memerankan perannya seperti dulu. Agar
ibuku juga bisa memerankan perannya dengan sempurna. Kami sangat bersyukur Allah
telah menguji kami agar kami tetap ingat Allah disetiap apapun. Allah tahu kalau
kami sanggup dan bisa untuk melewatinya. Kami selalu berprasangka baik terhadap Allah mungkin di balik
kejadian ini ada banyak seribu hikmah yang patut kami ambil hikmahnya. Sebagai
ciptaanNya kami selalu siap apapun ujiannya yang berikan kepada kami. Ikhlas
adalah salah satu kunci menjalani hidup namun pada kenyataannya sangat sulit
untuk diaplikasikan dalam keseharian hidup yang nyata. Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar